Properti di Bali & Lombok: Masih Jadi Primadona Investor?

Industri properti di Indonesia terus menunjukkan dinamika menarik, terutama di destinasi wisata populer seperti Bali dan Lombok. Sejak lama, kedua wilayah ini telah menjadi magnet bagi investor, baik lokal maupun asing, karena potensi pengembalian investasi yang tinggi dari sektor pariwisata, hospitality, dan sewa jangka pendek.

Namun, di tengah tren pasar yang berubah, pandemi global, hingga kebijakan regulasi properti yang lebih ketat, muncul pertanyaan: Apakah properti di Bali dan Lombok masih layak dijadikan instrumen investasi saat ini?

Berikut ulasan lengkapnya.


1. Daya Tarik Investasi Properti di Bali dan Lombok

Dikenal sebagai Destinasi Wisata Internasional

Bali adalah destinasi kelas dunia dengan kunjungan turis internasional yang tinggi setiap tahun. Lombok, meski lebih tenang, mulai mencuri perhatian lewat keindahan alam dan proyek besar seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Potensi pasif income:
Properti seperti vila, guest house, hingga apartemen di kedua lokasi sangat diminati untuk disewakan secara harian melalui platform online.

Harga Tanah Masih Kompetitif (terutama di Lombok)

Dibanding Bali yang sudah sangat berkembang, harga tanah di Lombok masih relatif murah. Ini memberi peluang investasi jangka panjang bagi pembeli awal.

Pertumbuhan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur di kedua daerah mendukung pertumbuhan sektor properti, seperti bandara internasional, jalan bypass, dan kawasan strategis pariwisata. Mandalika di Lombok menjadi salah satu daya tarik investasi berkat proyek MotoGP dan resort-resort baru.


2. Jenis Properti yang Banyak Diincar Investor

  • Villa dan Guest House
    Cocok untuk disewakan jangka pendek kepada wisatawan. Paling populer di Bali dan mulai berkembang di Lombok.
  • Lahan Kosong atau Kavling
    Menarik untuk pembangunan properti dari nol atau investasi jangka panjang menunggu kenaikan harga.
  • Properti Komersial
    Seperti kafe, butik hotel, toko, atau coworking space, terutama di area seperti Seminyak, Ubud, Canggu, Kuta Mandalika, dan Senggigi.
  • Apartemen atau Unit Sewa Harian
    Meskipun belum sepopuler villa, unit apartemen mulai muncul di area urban Bali.

3. Tantangan dan Risiko yang Perlu Diwaspadai

Ketergantungan pada Pariwisata

Perekonomian Bali dan sebagian besar wilayah Lombok sangat bergantung pada sektor pariwisata. Saat pandemi, sektor properti ikut terdampak cukup berat.

Aturan Kepemilikan bagi WNA

Investor asing tidak bisa membeli tanah secara langsung. Biasanya mereka menggunakan sistem Hak Guna Bangunan (HGB) atau perjanjian nominee yang penuh risiko jika tidak hati-hati.

Perizinan dan Legalitas

Membangun properti tanpa izin lengkap bisa menimbulkan masalah hukum. Beberapa wilayah memiliki aturan ketat terkait zonasi, lingkungan, dan pembangunan.

Overdevelopment di Area Tertentu

Beberapa wilayah di Bali, seperti Canggu dan Uluwatu, kini sangat padat. Hal ini bisa menurunkan potensi keuntungan dan menambah persaingan di pasar sewa.


4. Apakah Masih Menjanjikan di 2025 dan ke Depan?

Masih, dengan pendekatan yang lebih strategis dan hati-hati.

Tren yang Mendukung:

  • Pemulihan pariwisata Bali dan pertumbuhan pesat wisatawan ke Lombok
  • Proyek-proyek infrastruktur strategis yang mendukung sektor properti
  • Tren digital nomad dan remote working yang mendorong permintaan hunian jangka pendek
  • Regulasi OSS (Online Single Submission) yang menyederhanakan perizinan

Tips Investasi Aman:

  • Pilih lokasi potensial yang belum terlalu padat, seperti Tabanan, Nusa Penida, Sekotong, dan Selong Belanak
  • Gunakan notaris dan konsultan properti berpengalaman untuk memastikan legalitas
  • Fokus pada properti yang memiliki potensi pendapatan pasif jangka panjang
  • Teliti semua aspek hukum, izin, dan dokumen sebelum transaksi

Kesimpulan

Bali dan Lombok masih menjadi primadona investasi properti di Indonesia. Dengan strategi yang tepat, investor bisa mendapatkan imbal hasil menarik, terutama dari sektor sewa jangka pendek. Meski begitu, penting untuk memahami risikonya, dari regulasi hingga dinamika pasar lokal.

Investasi properti bukan sekadar soal beli dan jual, tapi tentang riset, pengelolaan, dan strategi jangka panjang. Selama dilakukan dengan bijak, properti di Bali dan Lombok tetap menjadi aset yang menjanjikan.